- Bupati Demak Buka Tradisi Sedekah Laut Di Pesisir Pantai Utara
- Kapolres Demak Imbau Masyarakat Tingkatkan Kewaspadaan Saat Dilokasi Wisata
- Patroli Samapta Polres Demak Sasar Lokasi Wisata Saat Libur Lebaran
- Polres Demak Terjunkan Ratusan Personel Untuk Amankan Sholat Idul Fitri
- Bupati Demak : Lakukan Pengamanan Malam Takbir Dengan Humanis
- Polres Demak Imbau Masyarakat Jaga Kamtibmas di Malam Takbir
- Polres Demak Bagikan Zakat Fitrah Langsung Ke Masyarakat
- Pulihan Sektor Pertanian, Bupati Demak Serahkan Bantuan Alsintan Senilai Rp 10 Milyar
- Bupati Demak Sambut Kedatangan ratusan Pemudik Dari Jakarta
- Bupati Demak, Dukung Gerakan Santri Menulis
Ada Ukiran Porno, Pintu Asli Masjid Agung Demak Dipindah ke Desa Bungo
DIGANTI KI AGENG SELO UKIRAN BLEDEG
Demak (beritakita.net) - Pintu asli dari Masjid Agung Demak ini tidak pernah dipasang. Sampai sekarang, pintu kuno yang berukiran Majapahitan ini telah dipasang di Masjid Jami Syuhada, Desa Bungo, Demak, Jateng. Pasalnya, di pintu itu ada ukiran berbau pornografi.
Semula, ukiran mirip lambang bunga ini tidak ada dalam corak pintu Masjid Jami Syuhada di Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabyuoaten Demak, Jateng. Lantaran ada ukiran betema pornografi, para ulama setempat merubahnya dengan ukiran baru.
Baca Lainnya :
Ada keunikan di pintu Masjid Jami Syuhada Desa Bungo, selain ukiran yang dirubah, pintu jati setebal 20 centimeter ini adalah bekas pintu dari Masjid Agung Demak yang tidak jadi dipasang saat pertama pembangunan di abad 14.
"Tidak bisa dipungkiri, di awal pembanguan Masjid Agung Demak, para pekerjanya masih terpengaruh oleh tradisi kehinduan," jelas Kiai Abdul Jalil, seorang sejarawan yang tinggal di Desa Bungo.
Terbukti dari ukiran pintu kuno tersebut, menurut Kiai Abdul Jalil mengadopsi filosofi di era Majapahit Hindu. Semula ukiran yang diganti dengan gambar bunga, adalah ukiran 2 manusia telanjang.
Ukiran itu berukuran 20 x 20 centimeter. Selanjutnya ada ukiran burung merak, ikan berkepala 3, dan rumah joglo yang menempel dalam corak pintu kuno.
"Karena mengandung pornografi, para ulama jaman dahulu melarang pemasang pintu ini di masjid yang akan menjadi simbul sejarah perkembagan islam di tanah Jawa. Selanjutnya Ki Ageng Selo pun mengganti pintu tersebut dengan pintu ukiran bergambar bledeg," jelas Kiai Abdul Jalil.
Tidak ada catatan resmi, kapan pintu kuno itu bergeser ke Desa Bungo. Namun warga meyakini pintu kuno dibawa Mbah Jayan putra Kiai Nawawi, sekitar abad 18 atau setelah Kasultanan Demak Bintoro telah pindah ke daerah Pajang.
Namun Kiai Abdul Jalil meyakini, pintu kuna diberikan ke Desa Bungo saat warga setempat membangun masjid besar. Demi perkembangan Islam di kawasan pesisir pantai utara, pintu itu diberikan oleh pengurus Masjid Agung Demak.
Beberapa arsitektur masjid jami Syuhada Desa Bungo, masih mengadobsi bangunan Masjid Agung Demak. Seakan-akan Masjid Jami Syuhad Bungo menjadi miniatur Masjid Agung Demak.
Setelah bergesernya jaman, warga masih merawat pintu kuno tersebut. Beberapa arsitektur di awal pembangunan masjid tetap dilestarikan sebagai simbul sejarah islam di desa setempat.
(IBNU S WIJAYA)