- 14 Tokoh Jawa Tengah Raih Penghargaan Tokoh Prestasi
- Cegah Korupsi Dana Desa, Pemkab Demak Beri Pembekalan Anggaran
- Truk Dump Galian C Kembali Makan Korban, Istri Ketua PWI Grobogan Tewas Ditabrak
- Bupati Demak : Ibu Adalah Agen Perubahan Aktif Pembangunan
- Antisipasi Banjir, TNI-POLRI Dan Warga Kompak Bersihkan Lingkungan Pasar Ganefo
- Pemkab Kendal Terima 2 Penghargaan Top Digital Award 2023
- Berlian Organizer memberikan Penghargaan Kepada Tokoh Jateng
- BKPP Meluncurkan Layanan Cerdas Kepegawaian
- Puluhan APK Milik Calon Legeslatif Asal Demak Dirusak
- Kawula Muda Semarang Hanya Dukung Cak Imin
Ayo Kita Dukung Seminar Adat Batak di Kota Semarang

Keterangan Gambar : Peserta rapat foto bersama di Kantor PBB DPC Kota Semarang
Semarang, (beritakita.net)
Tokoh-tokoh etnis Batak Kota Semarang kembali berkumpul, Sabtu (03/06/2023). Tempatnya di Lt. 2 Kantor Pemuda Batak Bersatu (PBB) DPC Kota Semarang Jln. Sriwijaya.
Tampak hadir para sesepuh diantaranya Drs. St. B. Manurung (88 tahun), Kolonel (Purn) B.T. Panjaitan (85 tahun), Letkol (Purn) D. Saragi Napitu, St. D. Manurung, N. Simajuntak, Kompol (Purn) J. Purba dan lain-lain.
Baca Lainnya :
- Kurang Dari 24 Jam, Polres Demak Berhasil Mengungkap Kasus Curanmor
- Horee....162 Tenaga Kesehatan Terima SK PPPK Dari Bupati
- Polisi Tangkap Pelaku Pencurian Sepeda Motor di Demak
- Pemkab Kendal Peringati Hari Lahir Pancasila
- Perencanaan Anggaran Pemkab. Kendal Kurang Tepat, Silpa Capai 151,2 Miliar
Para sesepuh ini memberi banyak nasehat agar etnis Batak tetap kompak. “Sudah tepat kehadiran PBB mewadahi masyarakat Batak. Mewadahi, bukan membawahi,” kata Drs. St. B. Manurung mengingatkan.
Dalam wejangannya pensiunan ASN Kemenkeu ini menekankan agar visi – misi PBB jangan terlalu mengawang-awang. Langsung saja membumi, menyentuh garis merah apa yang sedang dipikirkan atau dikuatirkan masyarakat.
Salah satu contoh, semakin lunturnya budaya dan adat Batak di kalangan generasi muda. “Saya kira kalau topik itu diangkat, masyarakat Batak akan bergiat mengikutinya. Padahal disini ada Pak Panjaitan yang sangat paham bahkan sudah menyusun buku panduan acara adat mulai seseorang lahir sampai meninggal,” katanya.
Kolonel (Purn) B.T. Panjaitan (85 tahun) pun mengaminkan koleganya betapa pentingnya mengedukasi generasi muda terhadap adat dan budaya.
“PBB DPC Kota Semarang sudah bagus. Kita sudah sering dengar dan lihat anggota PBB membantu masyarakat yang sedang berduka. Tapi coba lah ambil peran yang lebih besar, misalnya mengedukasi masyarakat untuk jangka panjang,” kata Kolonel (Purn) Panjaitan.
DISAMBUT ANTUSIAS
Peserta rapat sepakat mendukung diadakannya seminar adat Batak dalam waktu dekat. Hasil seminar diharapkan langsung dibukukan dan ditandatangani masing-masing Ketua Punguan. Sehingga bisa menjadi acuan acara adat di Kota Semarang.
Ketua Punguan Pakpahan Kota Semarang, Ir. Maruli Pakpahan, M.Sc menyambut baik gagasan diadakannya seminar adat Batak. “Kami siap membantu membuat kerangka acuannya,” kata pensiunan ASN Pemprov Jateng tersebut.
“Terus terang, saya tertarik menghadiri acara ini karena berharap dan menanti ada pencerahan terkait adat dan budaya Batak dari para generasi senior,” kata Ketua Punguan Tambunan, Herbet Tambun.
Salah satu point penting yang menjadi sorotan Drs. St. B. Manurung adalah durasi waktu pesta Batak terlalu penjang. Mulai subuh sampai jam 8 malam. Sangat melelahkan. Dan banyak dikeluhkan.
“Maka harus kita buat aturan yang lebih ringkas. Apa-apa saja yang perlu diringkas, tentu tokoh-tokoh adat peserta seminar lah nantinya yang memutuskan. Misalnya ulos herbang dibatasi maksimal 11 lembar. Tidak boleh sesukahati bonahasuhuton (baca: yang punya hajatan),” katanya.
4 KESEPAKATAN HASIL PERTEMUAN
Ketua PBB DPC Kota Semarang AKBP (P) M. Manurung, SH kepada media ini mengatakan sependapat dengan nasehat para sesepuh yang mengingatkan agar PBB memosisikan diri mewadahi bukan membawahi punguan-punguan marga.
PBB DPC Kota Semarang juga menyambut baik rencana mengadakan seminar adat Batak di Kota Semarang. Bahkan mengajak seluruh masyarakat mengikuti acara tersebut.
Karena adat dan budaya merupakan bagian penting dari proses kehidupan sehari-hari. Mulai seseorang lahir hingga meninggal dunia, kita tidak bisa lepas dari adat.
Dalam hal pernikahan saja misalnya. Keluarga etnis Batak menganggap pernikahan sah setelah mengikuti tiga proses. Sah secara Agama, sah menurut aturan Negara dengan bukti mendapat akte nikah dari Kantor Catatan Sipil atau KUA, dan sah secara adat.
Pertemuan ini kata M. Manurung merupakan tindaklanjut dari pertemuan akbar 15 April 2023 di Pendopo Toba Bulusan.
Saat itu dihadiri pengurus dari sekitar 54 punguan marga dan pengurus gereja-gereja Batak di Kota Semarang.
Sementara pertemuan Sabtu (03/06/2023) dihadiri 29 ketua Punguan marga, 1 orang pimpinan gereja serta dihadiri tokoh-tokoh senior.
Rapat ini menghasilkan 4 (empat) kesepakatan bersama.
1. Sepakat ada bank data masyarakat Batak Kota Semarang di Sekretariat PBB DPC Kota Semarang. Untuk itu masing-masing punguan marga diharapkan segera mengirimkan data anggota ke Sekretariat. Untuk menjamin kerahasiaannya, setiap penggunaan data oleh anggota Punguan harus seijin Ketua PBB DPC Kota Semarang.
2. Sepakat ada perwakilan masing-masing punguan marga menjadi anggota PBB.
3. Sepakat semua punguan marga mendukung kegiatan PBB DPC Kota Semarang dengan membantu kas setiap bulan sesuai kerelaan masing-masing punguan minimal Rp 50.000,-
4. Sepakat dilaksanakannya Seminar Adat Batak dan menyusun Buku Panduan sebagai pedoman pelaksanaan acara adat batak (5 puak) di Kota Semarang dengan segera membetuk Panitia Pelaksana. (Rosi)