- Sat Samapta Polres Demak Giatkan Patroli, Cegah Gangguan Kamtibmas
- Terjunkan 500 Personel, Polres Demak Siap Amankan Lebaran 2025
- Berbagi Rezeki Kepada Warga Yang Membutuhkan
- Turut Berduka Cita, Polres Demak Gelar Salat Ghaib Untuk 3 Polisi di Lampung
- Buka Puasa Bersama Yatim dan Penyandang Disabilitas
- Dibakar Api Cemburu Buta, Seorang Pria di Demak Tega Aniaya Teman Pacarnya
- Berbagi Kebahagiaan Ramadhan, Kapolres Demak Berikan Bansos kepada Cleaning Service
- Polisi dan Mahasiswa Bagikan Ratusan Sajadah Hingga Sandal Jepit Untuk Warga Pesisir Demak
- Empat Pelaku Judi Ditangkap Satreskrim Polres Demak
- Jalin Sinergitas, Polres Demak Gelar Buka Puasa Bersama Awak Media
Kelurahan Sampangan Gelar Apitan diisi oleh Kuda Lumping Turonggo Seto

Semarang,(beritakita.net)- Tradisi apitan merupakan tradisi peringatan sedekah bumi yang diselenggarakan Kelurahan Sampangan Semarang. Dengan tema Pentas Kesenian Tasyakuran Warga / Apitan 2024.
Acara ini didukung oleh Paguyuban Kesenian Kuda Lumping Turonggo Seto merupakan paguyuban kesenian tradisional yang dimiliki oleh kelurahan Sampangan. (8/6) Kuda Lumping Turonggo Seto meramaikan rangkaian acara Apitan atau sedekah bumi di lapangan Mitra Sampangan , Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang, rangkaian acara Tersebut Sabtu ditutup dengan pertunjukan wayang kulit dihalaman Kelurahan Sampangan dimalam harinya dengan Dalang Ki Anom Dwijo Kangko dengan mengambil lakon Wiroto Parwo
Tradisi Apitan adalah tradisi sedekah bumi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa setiap satu tahun sekali.
Baca Lainnya :
- Gagasan Mas Wawan Sangat Bagus untuk Kemajuan Pendidikan Kota Semarang Ke Depan
- TMMD Desa Mergonten Dempet Resmi Ditutup
- Ketua MPR RI Bamsoet Ajak Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa Ditengah Beragam Keberagaman
- Gandeng Pensiunan Karyawan, Pegadaian Kanwil IX Jakarta 2 Ingin Dekatkan Layanan ke Masyarakat
- Eisti Dukung UMKM Demak Tembus Pasar Internasional
Nama Apitan sebenarnya diambil dari nama bulan Apit. Yakni bulan yang diapit (terjepit) oleh dua bulan yang masing-masing terdapat hari raya, bulan Syawal dan Dzulhijjah.
Oleh karena itu, tradisi Apitan dilakukan di antara dua hari raya besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Tradisi Apitan memiliki tujuan religius, karena tradisi ini adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen para petani.
Merupakan tradisi pada masa penyebaran agama Islam di tanah Jawa oleh Wali Songo.
Pada pementasan kali ini ada dua sesi dengan memberi panggung kepada Turonggo Seto muda atau Milenial untuk Tampil terlebih dahulu.
Dari mulai para pengrawit sampai penari semua dimainkan oleh anak-anak warga Sampangan dibor oleh Seto Wibowo para pemain kompak dan harmonis serta padu dalam musik dan gerak yang dinamis
Menurut Untung selaku Ketua Turonggo Seto mengatakan “Ini hal yang sangat positif, anak-anak ini merupakan penerus dari pelaku seni jaran kepang yang saat ini masih bertahan, mereka generasi muda yang cinta budaya.”
“Menjaga tradisi ini tidak mudah, banyak pengorbanan yang harus dilakukan, seperti waktu, tenaga pikiran bahkan kadang para pelaku seni juga mengeluarkan uang untuk mendukung semua ini” tambahnya
Melatih anak-anak pasti penuh dengan kesabaran, dedikasi yang tinggi, dan yang sangat sulit mengajak dan konsisten berlatih, dan ini berhasil dilakukan oleh pelatih Turonggo Seto Milenial ini.
H. Rofi'i Penasehat Turonggo Seto juga memberikan penghargaan kepada Kuda Lumping Turonggo Seto muda “Anak-anak menabuh gamelan dengan mengiringi penari, kekompakan para penari, perpaduan musik dan gerak, koreografi yang ditampilkan anak-anak saat ini sangat bagus”
Menurut Rofi'i ini perlu terus ditingkatkan dan diberi kesempatan lebih luas untuk tampil, dan semoga mereka siap jika ada acara baik lokal ataupun daerah untuk mengasah dan menimba pengalaman anak-anak.
Menurut Rofi'i ini perlu terus ditingkatkan dan diberi kesempatan lebih luas untuk tampil, dan semoga mereka siap jika ada acara baik lokal ataupun nasional untuk mengasah dan menimba pengalaman anak-anak di bidangnya.
“Kendala terbesar Saat ini dari pengurus dan semua pelaku seni Kuda Lumping Turonggo Seto adalah segi finansial, harapan kami terdekat kita bisa ikut program pemerintah dengan mencatatkan paguyuban ini ke kesbangpol dan ke dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.” Pungkasnya (Adi Kusnadi)