- 414 Masyarakat Kendal Terima Bantuan ATENSI dari Kemensos
- Emak Emak Solo Raya Gelar Deklarasi Dukung Prabowo Maju Pilpres 2024
- Siswa SMA Negeri 3 Purwokerto Ikuti Pelatihan Produksi Film Pendek
- Wabup Kendal Buka Pesta Siaga Binwil Semarang
- Polsek Tanon Sragen Ringkus Penipu yang Bawa Kabur Motor Milik Pelanggan HIK
- Remaja Gereja Santa Maria Sragen Dapat Sosialisasi UU ITE dan Pencegahan Bulying
- Warga Jati Sragen, Terima Sejumlah Bantuan dari YBM PLN UP3 Surakarta
- Kapolda Jateng Pimpin Apel Bersama TNI-Polri
- Polres Demak Gelar Jumat Curhat Dengan Wartawan
- Pemkab Kendal Gelar Hasil Pembangunan Tahun 2022
Lukisan, Puisi Senyap Pameran Tunggal Sitok Srengenge
HADIR SEJUMLAH PENYAIR

Keterangan Gambar : Pelukis Sitok Srengenge bersama Sketser Hartono dan Ign. Item De.
Semarang (beritakita.net) - Tujuhbelas buah lukisan karya Sitok Srengenge berukuran 100 x 80 Cm dan 60 x 50 Cm dipamerkan di Resto Iga Bakar dan Kopi Tandoek yang dikelola Dony Hendro Wibowo Jl. Papandayan 11 Semarang, 23 Desember 2022 sampai 8 Januari 2023.
Pameran tunggal dibuka oleh seniman Triyanto Tri Wikromo, yang Pemred HarianSuara Merdeka, menyebut Sitok Srengenge sejak muda dikenal sebagai penulis dan penyair. Kiprah Sitok malang melintang di ibu kota Jakarta, sejak pulang dan menetap di Jogjakarta kemudian lebih banyak melukis.
Baca Lainnya :
- Andreas, Pelukis Kawakan Semarang, Pamerkan Potret Lempongsari Lewat Lukisan
- Kota Semarang Juara Umum: Ini Para Juara Festival Tunas Bahasa Ibu Jawa Tengah 2022
- Sri Puryono Calon Kuat Ketum KSBN Jawa Tengah 2022-2027
- Wek-Wek Juara di Sodoc Film Festival 2022
- Pasca-FFP 2022, CLC Purbalingga Putar Film Pesantren
“Jika pameran lukisan ini dihadiri para pelukis dan juga para penyair, memang selayaknya demikian, karena menurut saya lukisan itu adalah puisi, puisi yang sunyi, puisi senyap”, tutur Sitok Srengenge sambil menunjuk pelukis Markaban, Goenarso, Bowo Sanjaya, Hartono, Hary Titut, dan beberapa pelukis lain.
Penyair itu, antara lain Timur Sinar Suprabana, Beno Siang Pamungkas, Handry TM, Gus Ulil Absor Abdala, Basabasuki, Slamet Unggul Tubagus Swarajati, dan Nien Fitri Wirantie.
Selain itu, Ratna Safitri, Mona,dan seniman teater Maston Lingkar, Budi Bobo, kartunis Arif, Joko Susilo, dosen dari Unnes dan Ibnu Thalhah dosen UIN Walisongo serta mahasiswa di antara kerumunan sekitar 160 pengunjung.
Menurut Sitok, puisi itu karya seni yang menggunakan tutur kata tertulis dan bisa langsung dibaca, sedangkan lukisan merupakan karya seni yang juga puisi diungkapkan lewat coretan dan warna-warni, yang secara bebas diinterpretasikan oleh apresian atau masyarakat luas.
“Ketika saya menulis puisi, dan puisi itu sampai di tangan siapa pun, hampir semua pembaca puisi itu sama interpretasinya. Sedangkan lukisan-lukisan saya yang sesungguhnya juga puisi itu, bisa bermacam-macam interpretasi lahir dari para apresian yang berbeda," tambah Sitok.
Jadi, menurut Sitok, puisi itu lukisan yang rame, sedangkan lukisan adalah puisi yang sunyi," imbuhnya ketika diminta untuk lebih menegaskan bahwa lukisan adalah puisi senyap.
Sitok Srengenge beranggapan, bahwa dalam seni lukis sesungguhnya penilaian mengenai bagus atau jelek tergantung pada selera dan kebutuhan. Dikatakan, sebuah lukisan yang disebut bagus oleh pelukisnya atau seseorang, bisa jadi bagi orang yang lain lagi disebut sebagai lukisan jelek.
Di antara 17 karya lukis yang dipamerkan, ada yang berjudul "Where The Darkness Hides" (Di Mana Kegelapan Bersembunyi), “Valley of Love" (Lembah Cinta), “Between Soul and Shadow" (Di Antara Jiwa dan Bayangan), “If You're The Water" (Jika Kau Adalah Air), dianggap sebagai karya yang jelek, namun banyak yang menyukai karena disebut sebagai karya yang bagus.
“Begitu juga sebaliknya. Lukisan yang menurut saya bagus, dianggap jelek oleh orang lain”, tuturnya ketika diminta tanggapan tentang bagaimana lukisan yang disebut bagus atau jelek.
Pernah dialami, karena merasa gagal untuk melukiskan sesuatu, di kemudian hari kanvas yang sudah telanjur dilukis itu ditutup dengan cat sebagai dasar lagi.
“Saya heran, ketika ada orang datang menanyakan lukisan yang saya blok dengan cat itu. Ternyata orang itu datang untuk membeli lukisan yang menurutnya bagus itu. Katanya, dia senang lukisan itu. Padahal menurut saya itu lukisan gagal, makanya saya blok," kata Sitok.
Menurut Sitok, pada dasarnya dalam seni rupa tidak penting memperdebatkan tentang bagus atau jelek. Bahkan ia ingin menyandingkan dua istilah elek dan elok, dengan harapan nantinya muncul faham elekisme. Karena itu, Sitok ingin melukis yang jelek-jelek saja.
(IGN. ITEM DE)