- 14 Tokoh Jawa Tengah Raih Penghargaan Tokoh Prestasi
- Cegah Korupsi Dana Desa, Pemkab Demak Beri Pembekalan Anggaran
- Truk Dump Galian C Kembali Makan Korban, Istri Ketua PWI Grobogan Tewas Ditabrak
- Bupati Demak : Ibu Adalah Agen Perubahan Aktif Pembangunan
- Antisipasi Banjir, TNI-POLRI Dan Warga Kompak Bersihkan Lingkungan Pasar Ganefo
- Pemkab Kendal Terima 2 Penghargaan Top Digital Award 2023
- Berlian Organizer memberikan Penghargaan Kepada Tokoh Jateng
- BKPP Meluncurkan Layanan Cerdas Kepegawaian
- Puluhan APK Milik Calon Legeslatif Asal Demak Dirusak
- Kawula Muda Semarang Hanya Dukung Cak Imin
Nilai Agama Akan Kering Jika Tak Diikuti dengan Seni
MASA DEPAN WAYANG TIDAK SURAM

Semarang (beritakita.net) - Masa depan pertunjukan wayang kulit tidak sesuram yang dibayangkan. Ia tetap memberikan harapan. Artinya, masih cukup cerah. Meskipun para penonton pertunjukan wayang dari tahun ke tahun makin surut. Namun, melihat antusiasme para dalang, pesinden atau waranggana, juga para pengrawit, kita tetap optimistis.
Demikian kesimpulan yang bisa ditarik dari pernyataan dua pengurus Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Bambang Sulanjari SS MA dan Gunoto Saparie BSc SIKom, dalam acara Ndoro Wedono di RRI Pro 4 Semarang, Kamis malam, 24 Februari 2022.
Dalam kegiatan yang dipandu oleh Tono Langen Kukilo itu berlangsung secara virtual dan para narasumber menggunakan bahasa Jawa. Nama acara Ndoro Wedono itu sendiri merupakan akronim dari kata "ndongeng, ngudarasa, wedangan, dolan, dan nongkrong".
Baca Lainnya :
- Pengurus Harian Satupena Jateng Terbentuk, Ada Nama Gunoto, Agung Ridlo dan Amir Machmud
- Pembentukan Dana Abadi Kebudayaan di Ambang Pintu
- Gunoto Saparie Koordinator Satupena Jawa Tengah
- Keluhan Seniman Direspon, Pemkab Kendal Akan Bangun Gedung Kesenian
- KSBN Jateng Bersyukur Unesco Tetapkan Gamelan Sebagai WBTb
Gunoto yang juga Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah itu sempat menyinggung pro kontra pernyataan ustad Khalid Basalamah tentang wayang beberapa waktu lalu. Ketika itu dia boleh dikatakan melarang dan mengharamkan wayang, sehingga Pepadi Jateng melaporkannya ke polisi. Meskipun berusaha menjelaskan dan melakukan klarifikasi, bahkan minta maaf, namun kontroversi dari pernyataannya itu terus bergulir.
"Padahal kalau kita melihat sejarah Islam di Indonesia, wayang digunakakan sebagai media dakwah yang efektif, sehingga dapat diterima oleh seluruh golongan. Wayang dapat membantu membentuk budaya luhur bangsa," katanya seraya menambahkan, bahwa pernyataan tentang wayang kulit akan musnah sendiri tanpa harus dimusnahkan sungguh keterlaluan.
Bambang Sulanjari yang juga dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Semarang itu menyatakan optimistis terhadap masa depan wayang karena melihat semangat dan antusiasme para pelaku seni pewayangan ini.
Jumlah dalang, pesinden, dan para niyaga, kata Bambang terus bertambah. Kualitas mereka pun meningkat. Pertunjukan mereka pun menunjukkan aktivitas, kreativitas, dan inovasi yang menggembirakan.
Menurut Bambang Sulanjari, wayang sebagai peninggalan kebudayaan asli tanah Jawa patut untuk dilestarikan. Wayang mengandung kekayaan kearifan lokal, sehingga generasi muda memiliki kebanggaan akan asal usulnya. Wayang menyimpan nilai-nilai dan makna positif untuk membentuk kepribadian anak muda.
Selain itu, demikian Bambang, agama dan seni tak dapat dipisah dalam kehidupan. Nilai-nilai agama, akan terasa kering kalau tak diikuti dengan seni. Hati manusia akan terasa kering kalau ia mengabaikan kesenian, Apalagi kesenian, selain sebagai tontonan, juga mengandung banyak tuntunan. Banyak mengandung filosofi kehidupan yang tinggi.
Gunoto menambahkan, memang anak-anak di Indonesia tidak mengenal cerita-cerita wayang karena gempuran teknologi dan video game yang lebih populer. Namun, hal ini bukanlah salah anak-anak itu sendiri. Namun, dalam hal ini pemerintah harus bertanggung jawab dan memiliki peranan penting dalam mengenalkan wayang kepada generasi muda.
(GUS/HAR/TTS)