- Peresmian Griya Arkana, Kapolres Demak Wujudkan Kesejahteraan Anggota Polri
- Polres Demak Imbau Masyarakat Tidak Menggunakan Jebakan Tikus Beraliran Listrik
- Antisipasi Kepadatan dan Kecelakaan, Polres Demak Giatkan Pengaturan Lalin di Pagi Hari
- Satlantas Polres Demak Sapa Pelajar, Edukasi Tertib Lalu Lintas dan Safety Riding
- Kodim 0715/Kendal Gelar Patroli Humanis Bersama Unsur Masyarakat
- Polsek Demak Kota Gencarkan Edukasi Anti-Bullying
- Ketua FKUB dan Tokoh Agama Apresiasi Kinerja Polri dalam Penanganan Demonstrasi
- Menko Bidang PM Launching Program Aktivasi 1001 Titik Pemberdayaan Masyarakat di Kendal
- Bupati Resmikan Program Rehabilitasi Tubing Genting TJSL PLN di Desa Getas
- Ketua KNPI Demak Apresiasi Polri dalam Penanganan Aksi Massa
Malam Seribu Bulan
Oleh Gunoto Saparie

MENGAPAKAH Lailatul Qadar sering disebut sebagai malam seribu bulan? Apakah hal itu tidak berlebihan? Bagaimanakah penjelasannya ada sebuah malam dengan seribu bulan?
Lailatul Qadar bukanlah malam yang biasa. Ia adalah malam yang sangat istimewa dan luar biasa. Betapa tidak? Hal itu karena kalau umat Islam melakukan ibadah pada malam Lailatul Qadar, akan dicatat sebagai lebih baik daripada ibadah sepanjang 1.000 bulan. Ini berarti, siapa pun yang beribadah pada malam Lailatul Qadar --satu malamnya akan setara dengan 84 tahun.
Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yaitu 'lail' yang bermakna 'malam' dan makna kata "qadar' sendiri berarti kemuliaan. Kata "qadar" sendiri sering muncul dalam Alquran dengan makna yang berbeda-beda. Tentu saja hal ini tergantung pada konteksnya.
Baca Lainnya :
- Ustad Dasat Latif: Tetap Berbuat Maksiat, Pasti Ada yang Salah Sholat Kita
- Ramadan dan Perekonomian Masyarakat
- Puasa Umat Sebelum Muhammad
- Menghidupkan Malam Ramadan
- Sidang Isbat, Perlukah?
Penggunaan kata "al-qadaru yang merujuk pada makna kemuliaan bisa ditemukan dalam Alquran surah Az-Zumar ayat 67: "Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan kemuliaan yang semestinya." (Q.S. Az Zumar:67)
Dalam ayat ini qadar dapat dimaknai sebagai kemuliaan. Lailatul Qadar adalah malam yang penuh dengan kemuliaan karena bertepatan dengan malam diturunkannya Alquran.
Dalam surah Thaha ayat 40 terdapat kata "qadariy" yang bermakna janji atau waktu yang ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan penetapan pengangkatan kerasulan dan kenabian.
"Maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa." (Q.S. Thaha:40)
Mengacu pada Ibnu Qudamah, malam qadar disebut sebagai malam penetapan perihal kebaikan atau keburukan termasuk pengaturan rezeki dan keberkahan untuk tahun tersebut. Namun, kapan waktu yang tepat Lailatul Qadar itu merupakan misteri. Akan tetapi, sebagian besar ulama berpendapat bahwa malam kemuliaan itu terjadi di 10 hari terakhir Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.
Nabi Muhammad, sebagaimana diriwayatkan Aisyah r.a., pernah bersabda: "Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan." (H.R. Bukhari)
Malam Lailatul Qadar menjadi waktu diturunkannya Alquran dari Lauhul Mahfudz kepada Nabi Muhammad yang digunakan sebagai pedoman dan petunjuk kepada umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar." (Q.S. Al-Qadr: 1)
DI GUA HIRA
Peristiwa pertama kali turunnya Alquran ketika Nabi Muhammad sedang berada di Gua Hira. Pertama kalinya pula Muhammad menerima wahyu Alquran, yaitu Surat Al-Alaq ayat 1 - 5. Kita memperingati peristiwa bersejarah itu dan populer disebut sebagai Nuzulul Quran.
Sejumlah mufasir menyimpulkan dua proses turunnya Alquran tersebut. Yang pertama, Alquran diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah) di Baitul Izzah. Sedangkan yang kedua, Alquran diturunkan secara bertahap melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama 23 tahun.
Lailatul Qadar adalah malam penuh berkah. Keberkahan Lailatul Qadar ini berlipat-lipat karena terjadi di bulan Ramadan. Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Menurut perhitungan Syekh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan yang merupakan umur standar manusia (dzalika ‘adah ‘umril insan). Keutamaan lainnya adalah diampuninya dosa-dosa terdahulu ketika melakukan salat malam pada saat Lailatul Qadar.
Mengapakah waktu Lailatul Qadar tidak pasti? Kemungkinan Allah sengaja menyembunyikannya agar manusia mencarinya dengan sungguh-sungguh. Karena jika waktu Lailatul Qadar dipastikan, bisa jadi manusia akan menyepelekan amalan-amalan seperti salat malam dan iktikaf di separuh akhir Ramadan. Mereka tentu merasa cukup menunggu waktu tersebut tanpa pencarian.
Dalam Tafsir Jalalain-nya Imam Jalaluddin As-Suyuti dan Imam Jalaluddin Al-Mahalli disebutkan bahwa yang dimaksud “malam kemuliaan lebih baik dari 1000 bulan” adalah amal-amal saleh (ibadah) yang kita lakukan di malam tersebut lebih baik daripada melakukannya di malam-malam selainnya.
Anas bin Malik r.a. menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan di situ adalah bahwa amal ibadah seperti salat, tilawah Alquran, zikir, serta amal sosial (seperti sedekah dan zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan.
TANDA-TANDA LAILATUL QADAR
Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Nabi Muhammad bahwa sesungguhnya Allah mengaruniakan Lailatul Qadar untuk umat Islam, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.
Ada ciri-ciri sekaligus menjadi tanda-tanda ketika Lailatul Qadar datang, sebagaimana dijlaskan dalam kitab Imam Muslim sebagai berikut:
"Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mahran Ar-Rozi, telah bercerita kepada kami Walid bin Muslim, telah bercerita kepada kami Al Auzi’ni, telah bercerita kepadaku ‘Abdah dari Zur, ia berkata saya mendengar Ubay bin Ka’ab berkata, dikatakan bahwa sesungguhnya Abdulloh bin Mas’ud berkata, siapa yang mendirikan kesunahan pada saat malam kemuliaan?
Maka Ubay berkata, demi Allah, zat yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh malam itu (Lailatul Qadar) ada dalam bulan Ramadan. Demi Allah aku sungguh tahu kapan malam itu. Malam itu adalah malam dimana Rasulullah perintahkan kepada kita untuk beribadah, yaitu malam 27 yang bersinar. Adapun tanda-tandanya adalah matahari terbit pagi harinya dengan cahaya putih namun tidak ada sorotnya.”
Namun, terlepas dari ketentuan hadirnya Lailatul Qadar dan tanda-tandanya sebagaimana yang telah dijabarkan di atas, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut dengan meningkatkan iman, ibadah, dan ketakwaan kita kepada Allah. Dengan demikian, ketika Allah rida kepada kita, Allah akan menghadirkan malam seribu bulan tersebut kepada kita.
Gunoto Saparie adalah Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Wilayah Jawa Tengah